memuat…
KKB Papua telah menyandera pilot Susi Air asal Selandia Baru Phillip Mehrtens selama 4 bulan dan belum membebaskannya. Foto/TPNPB/AAP
JAKARTA – Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. telah menyandera pilot Susi Air dari Selandia Baru, Phillip Mehrtens, selama empat bulan. Damien Kingsbury, profesor yang merundingkan pembebasan Mehrtens, kini angkat bicara.
Damien Kingsbury adalah Profesor Emeritus di School of Humanities and Social Sciences Deakin University.
KKB Papua yang menamakan dirinya Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menculik Mehrtens pada 7 Februari menuntut pemerintah Indonesia mengakui kemerdekaan Papua Barat. Kabupaten Nduga, tempat Mehrtens dibawa dan pesawatnya dibakar, terkenal dengan kekerasan separatis.
Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru mengatakan: “Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mendapatkan resolusi damai dan pembebasan yang aman untuk Mehrtens, termasuk bekerja dengan pihak berwenang Indonesia dan mengerahkan staf konsuler Selandia Baru.”
Di saat Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus melakukan operasi militer memburu KKB Papua, kelompok separatis merilis video “bukti hidup” dari Mehrtens.
“Sejak akhir Februari lalu, saya telah diberi kuasa oleh TPNPB untuk bertindak sebagai perantara dengan pemerintah Selandia Baru. Hal ini berdasarkan [bahwa saya] telah bekerja sama dengan kelompok pro kemerdekaan di Papua Barat dan dikonfirmasi dalam video dari TPNPB ke pemerintah Selandia Baru,” kata Kingsbury, seperti dikutip dari The Conversation, Jumat (9/6/2023).
Dalam kapasitasnya sebagai konsultan, Kingsbury mengaku rutin berkomunikasi dengan konsultan dari Kepolisian Selandia Baru, termasuk saat KKB Papua mengubah tuntutannya.
“TPNPB awalnya mengatakan akan membunuh Mehrtens kecuali Indonesia mengakui kemerdekaan Papua Barat. Namun, setelah setuju untuk bernegosiasi, TPNPB mengatakan akan menyelamatkan nyawa Mehrtens sambil mencari konsesi dari pemerintah Selandia Baru,” jelasnya.
“Posisi saat ini adalah agar Selandia Baru menghentikan warganya untuk bekerja atau bepergian ke Papua Barat, dan juga menghentikan dukungan militer untuk Indonesia. Namun, pada akhir Mei, karena frustrasi karena kurangnya tanggapan, TPNPB kembali mengatakan akan membunuh Mehrtens jika pembicaraan tidak terjadi, “tambahnya. Kingsbury.