memuat…
Molavi Abdolhamid, seorang ulama Sunni terkemuka, mengatakan dia dicegah pergi haji oleh otoritas Iran. Foto/Al Arabiya
TEHERAN – Seorang sarjana sunni orang terkemuka Iran telah dilarang oleh pihak berwenang Iran naik ziarah Tahun ini. Pengakuan itu terungkap di situsnya.
Menurut situs webnya, Molavi Abdolhamid telah merencanakan untuk menunaikan ibadah haji tahun ini tetapi diberitahu oleh kementerian intelijen Iran bahwa dia dilarang melakukannya. Ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut sebagaimana dikutip dari Al Arabiya, Kamis (15/6/2023).
Menunaikan ibadah haji ke Mekkah, Arab Saudi, merupakan salah satu rukun Islam. Diperkirakan haji tahun ini akan dimulai pada akhir bulan.
Pihak berwenang Iran belum memberikan jawaban atau penjelasan resmi tentang masalah tersebut.
Berbasis di Zahedan, ibu kota provinsi tenggara Iran Sistan-Baluchistan, Abdolhamid telah menjadi pengkritik vokal rezim Iran sejak protes nasional meletus di negara itu setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun.
Amini meninggal pada 16 September 2022, tiga hari setelah ditangkap oleh polisi moralitas di Teheran karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat negara untuk wanita.
Abdolhamid memiliki pengaruh besar dan sangat dihormati di kalangan minoritas Sunni Iran. Namun, kritiknya yang blak-blakan baru-baru ini terhadap rezim telah membuatnya semakin populer di kalangan orang Iran yang menentang Republik Islam.
Sistan-Baluchistan, yang berbatasan dengan Pakistan, adalah salah satu wilayah termiskin Iran dan sebagian besar dihuni oleh Baluchi Sunni, kelompok minoritas di Iran yang didominasi Syiah. Kelompok hak asasi manusia mengatakan mereka telah menghadapi diskriminasi dan penindasan selama puluhan tahun.
Protes anti-rezim sering terjadi di wilayah tersebut setelah salat Jumat selama beberapa bulan.
Menurut kelompok hak asasi manusia, ratusan orang dibunuh oleh pasukan keamanan selama protes yang dipicu oleh kematian Amini, dengan Sistan-Baluchistan memiliki jumlah kematian tertinggi.
(ian)