memuat…
Rasmus Paludan membakar Alquran dan membuat marah umat Islam. Foto/Fredrik Sandberg/TT
LONDON – Pada bulan Januari, Rasmus Paludan membakar Alquran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, memicu krisis diplomatik antara Swedia dan Turki dan mengaburkan harapan negara Nordik untuk bergabung dengan NATO.
Politisi Denmark-Swedia dan pendiri partai Garis Keras pinggiran kota Rasmus Paludan telah dilarang memasuki Inggris karena rencana untuk membakar Alquran di Wakefield, Yorkshire.
Paludan menyuarakan rencana untuk membakar kitab suci umat Islam di depan sekolah Wakefield, di mana empat siswanya dikeluarkan pada Februari setelah merusak Alquran.
Aktivis tersebut sebelumnya menjadi terkenal karena menodai Alquran dengan segala cara, menjadikannya bagian dari repertoar politiknya dan membingkainya sebagai latihan kebebasan berbicara.
Paludan sendiri mengatakan dia akan berdemonstrasi di Inggris “melawan kekuatan yang tidak demokratis”.
Namun, Sekretaris Keamanan Inggris Tom Tugendhat kemudian memberi tahu House of Commons bahwa Paludan tidak akan diizinkan masuk ke negara tersebut.
Keputusan ini diambil setelah anggota parlemen Wakefield Simon Lightwood mendesak para menteri untuk mengambil tindakan atas masalah tersebut.
Lightwood menyebut Paludan sebagai “orang berbahaya” dan mengatakan dia telah dijatuhi hukuman penjara di Denmark “karena ucapannya yang penuh kebencian dan rasis”.
Paludan dijatuhi hukuman percobaan penjara karena rasisme pada 2019.